Friday 25 July 2014

5 + 1 Pertimbangan Memilih Sekolah Untuk Putra-Putri Anda

08:30


Mengapa orang tua bersikukuh memasukkan putra putrinya ke sekolah 'favorit'?

Beberapa saat yang lalu kita telah melewati masa-masa pendaftaran anak sekolah. Salah seorang mahasiswi saya men-tweet dengan mention kepada Walikota Bandung bahwa akibat kebijakan baru sang walikota, adiknya yang berprestasi 10 besar tidak bisa masuk sekolah favorit yang diidamkan ibunya. Hal yang sama terjadi juga dengan keponakan saya. Ia lulusan yang masuk ranking 8 di sekolah dasarnya, namun tidak menjamin bisa masuk salah satu SMPN favorit di Kota Bandung karena alasan rayon yang tidak sesuai. Tetapi beruntung ia memiliki sebuah sertifikat dokter kecil yang ia dapatkan dari pemilihan dalam suatu lomba dokter kecil antar sekolah dasar tingkat nasional. Dengan menunjukkan sertifikat itulah ia sekarang diterima di SMPN favorit ibunya tersebut.

Namun dari cerita itu yang mengusik pikiran saya adalah, mengapa para orang tua selalu bersikeras ingin agar anak-anaknya diterima di sekolah-sekolah yang (katanya) favorit itu? Apakah karena memang sekolah-sekolah itu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh sekolah-sekolah lain yang non-favorit?

Dalam mempertimbangkan sekolah untuk melanjutkan pendidikan putra putrinya, tentu ada dasar-dasar pemikiran yang melatarbelakanginya. Berikut ini pendapat saya:

Pertimbangan Fisik Sekolah 
Saat kita mencarikan sekolah untuk putra putri kita tentu kita ingin sekolah mereka memiliki gedung yang baik. Kita juga mempertimbangkan fasilitas-fasilitas apa saja yang disediakan sekolah tersebut. Mulai dari kantin, tempat olah raga, toilet yang baik, hingga tempat anak-anak bersantai saat menunggu jemputan misalnya. Demikian pula dengan fasilitas-fasilitas belajarnya. Kita ingin putra-putri kita belajar di kelas-kelas yang aman, bersih serta nyaman. Akan lebih baik jika sekolah itu memiliki juga fasilitas seperti laboratorium, perpustakaan, dan mungkin juga komputer-komputer yang terkini. Selain itu secara fisik tentu sebaiknya dicari sekolah yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal putra putri kita.

Pertimbangan Ekonomi
Selain pertimbangan fisik umumnya orang tua akan mempertimbangkan masalah ekonomi. Hal ini antara lain mencakup uang sekolah atau SPP, sumbangan-sumbangan gedung sekolah, buku-buku, serta kegiatan-kegiatan lainnya. Umumnya memang sekolah-sekolah favorit adalah sekolah negeri yang biaya sekolahnya relatif lebih murah dibandingkan sekolah-sekolah swasta. Terkait dengan lokasinya, tentu kalau lokasinya lebih dekat dengan tempat tinggal sang anak, asumsinya ongkos sehari-harinya pun akan lebih ringan.

Pertimbangan Kualitas Belajar
Pertimbangan selanjutnya yang sangat penting adalah dari sisi kualitas belajar. Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kualitas belajar antara lain adalah kurikulum. Sebetulnya dari sisi kurikulum tentunya secara nasional haruslah sama antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Baik dalam satu provinsi maupun dengan provinsi lain di Indonesia. Namun memang ada muatan-muatan lokal dan juga kegiatan-kegiatan tambahan (ekstra kurikuler) yang khas di masing-masing sekolah yang bisa menjadi pertimbangan. Selain itu faktor lainnya adalah gurunya. Biasanya sekolah-sekolah yang difavoritkan memang menjadi tempat bagi guru-guru yang terbaik pula. Meski bukan berarti di sekolah-sekolah non-favorit para gurunya tidak baik. Beberapa sekolah ada yang memiliki prestasi-prestasi khusus yang bisa mendukung sekolah tersebut untuk difavoritkan para orang tua.

Pertimbangan Lingkungan
Selain secara fisik lokasi sekolah sebaiknya mencari yang dekat, para orang tua juga harus mempertimbangkan lokasi dari sisi lingkungannya. Apabila sekolah itu terletak di lingkungan masyarakat yang kurang baik (kumuh, kriminalitas tinggi), tentunya harus berpikir ulang sebelum menyekolahkan anak-anak kita di sana. Demikian pula perlu diperhatikan lingkungan murid-muridnya itu sendiri. Memang ada beberapa sekolah yang memiliki stigma tempat sekolahnya anak-anak yang nakal-nakal. Meski belum tentu benar, tentu saja ada baiknya untuk kita cermati.

Pertimbangan Reputasi Sekolah
Di luar pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, mungkin pertimbangan reputasi sekolah menjadi salah satu yang dianggap paling penting. Reputasi sekolah sudah berlaku seperti brand. Dengan menyekolahkan putra-putri kita ke sekolah yang memiliki reputasi baik, ada semacam jaminan bahwa setelah lulus dari sekolah tersebut akan mudah masuk ke sekolah favorit berikutnya di jenjang yang lebih lanjut. Inipun banyak yang menjadi perhatian para orang tua. Tetapi tidak sedikit juga yang menjadikan pertimbangan reputasi ini sebagai dasar untuk menaikkan gengsi sosial para orang tua di kalangan pergaulannya. Hanya saja tentunya ini bukan merupakan alasan yang baik dalam memilih sekolah untuk putra-putri kita.

Secara garis besar, agaknya itulah pertimbangan-pertimbangan penting yang perlu dipikirkan para orang tua dalam memilih sekolah untuk putra-putrinya. Rupanya sekolah-sekolah yang difavoritkan pada umumnya memang memiliki keunggulan-keunggulan dari setiap unsur yang disebutkan di atas. Tentu bisa dimengerti mengapa para orang tua ingin putra-putrinya bersekolah di sekolah-sekolah favorit di kotanya tersebut. Walaupun begitu, sekolah-sekolah non-favorit pun tentu sudah memenuhi juga aspek-aspek tersebut meski tidak sepenuh sekolah favorit.

Namun sebetulnya ada satu bahan pertimbangan lagi yang saya rasa jarang dipikirkan oleh para orang tua. Pertimbangan ini terpikir oleh saya ketika bertemu rekan-rekan sepanjang karir saya, baik di industri perjalanan wisata, maupun saat mengajar di sekolah pariwisata. Selama saya bekerja, saya banyak menjumpai rekan-rekan kerja dari berbagai kalangan. Ada yang bekerja sebagai sopir, pemandu wisata, atau tour manager. Ada pula yang sudah menjadi direktur bahkan ada yang sudah menjadi owner (pemilik usaha). Rekan-rekan kerja saya yang beragam jabatannya itu sudah tentu berlatar belakang pendidikan yang beragam. Ada yang lulusan SMA, Diploma III, Sarjana, atau malah ada yang SD pun tidak tamat.

Dari beberapa rekan kerja tersebut, ada orang-orang yang saya anggap cukup sukses. Seperti salah satunya ada seorang owner perusahaan perjalanan wisata misalnya. Saya bertemu dengan beliau saat mengundangnya sebagai penceramah tamu bagi para mahasiswa saya. Pada saat itu saya mengetahui ternyata ia adalah alumni dari sekolah pariwisata yang sama dengan saya tempat saya mengajar sekarang (kebetulan merupakan salah satu sekolah pariwisata favorit di Indonesia). Saat ini perusahannya sudah memiliki setidaknya lima cabang di Kota Bandung. Omsetnya pun lumayan. Usut punya usut, sang owner ini rupanya pada saat SMA dulu ia bersekolah di gedung sekolah yang sama dengan saya, di salah satu SMA favorit di Kota Bandung. Bedanya, ia masuk pada jam siangnya setelah sekolah saya selesai, alias SMA petang! Mungkin Anda mulai paham maksud saya sekarang.

Sang owner perusahaan perjalanan yang sukses itu dulu bersekolah SMA dengan 'derajat favorit' yang begitu jauh di bawah SMA saya. Tetapi pada akhirnya saat ia lulus dan pergi kuliah, ia berhasil masuk di kampus favorit yang sama dengan saya yang nota bene adalah lulusan SMA 'favorit' di Kota Bandung.

Jadi dari kejadian ini saya bertanya-tanya, apakah ada relevansinya atau korelasinya antara lulusan sekolah favorit dengan karir di masa depan? Memang saya akui untuk membuktikan hal ini harus dilakukan penelitian lebih lanjut. Tapi setidaknya dari bukti yang saya jumpai tersebut di atas, saya bisa menyimpulkan, jika yang menjadi prioritas bagi kita adalah kesuksesan karir masa depan cemerlang dari putra putri kita, tidak masuk sekolah favorit adalah bukan akhir dari segalanya.
Tentu saja kelima pertimbangan sebelumnya yang saya uraikan di atas juga penting. Tidak masuk sekolah favorit bukan berarti kita lantas begitu saja memasukkan putra-putri kita ke sembarang sekolah. Namun pada akhirnya tetap bimbingan kita sebagai orang tualah yang menjadi penting. Berilah pengertian-pengertian pada putra-putri kita bahwa di mana pun mereka bersekolah itu adalah baik. Tekankan pada mereka untuk fokus pada tujuan mereka bersekolah itu apa. Di mana pun sekolah mereka, sebetulnya yang terpenting adalah hasrat untuk belajar.

Seorang siswa sekolah non-favorit yang belajar giat dan mendapatkan peringkat yang baik, kemungkinan besar bisa mengalahkan siswa sekolah favorit yang peringkatnya kurang baik. Terlebih lagi dalam menghadapi kehidupan nyata selepas masa-masa sekolah mereka, tentu kita ingin putra-putri kita siap untuk itu. Ini yang terpenting.


Kesimpulan dari tulisan ini adalah, janganlah lagi kita begitu terpaku pada stigma-stigma sekolah favorit sebagai dasar pilihan kita untuk menyekolahkan putra-putri kita. Mungkin ada baiknya juga kita mulai mendefinisikan ulang istilah sekolah favorit itu sendiri. Saya pikir sekolah yang favorit itu adalah sekolah yang setidaknya memenuhi aspek-aspek kelima pertimbangan yang tadi dijabarkan di atas. Tetapi yang lebih penting adalah, hendaknya kita mulai berpikir pada bagaimana strategi kita agar di manapun putra-putri kita bersekolah mereka tetap memiliki hasrat belajar yang tinggi. Akhir kata, mari kita doakan agar dunia pendidikan bagi putra-putri kita di masa ini dan yang akan datang menjadi lebih cerah lagi.

(NB: Untuk mempelajari bagaimana memilih universitas yang terbaik bagi putra-putri Anda, ada baiknya Anda membaca buku College Match dari Dr. Steven Antonoff. Di situ dijelaskan panduan terkemuka bagaimana memilih kampus yang tepat. Apabila ingin melanjutkan kuliah di luar negeri, saya menganjurkan membaca buku College Handbook 2015 ini.)

Posted by

Adrian Agoes, MM.Par a post graduate on Tourism Administration is now a lecturer at a tourism school in Bandung. His experiences are vary from being a tour leader visiting remote places in Indonesia, to being a travel photographer.

 

© 2013 Pemasaran Pariwisata. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top