Saturday, 17 March 2012

Merintis Bisnis Dengan Modal Yang Bikin Miris

06:03

Karena kebutuhan hidup yang mendesak, serta honor mengajar yang selalu terlambat dan tidak jelas kapan turunnya, maka merintis bisnis untuk penghasilan tambahan menjadi mutlak adanya. Namun dari ketersediaan ide-ide, kemampuan, keterampilan dan jejaring yang cukup, ada satu hal yang seyogyanya bikin miris. Modal.

Tentu saja yang dimaksud modal di sini adalah modal uang. Lantas, jika modal uang yang kita miliki hanya bikin miris, apa yang bisa kita lakukan untuk merintis bisnis kita? Sebenarnya ada beberapa bisnis yang secara makna sesungguhnya tak perlu modal uang yang banyak. Untuk itulah saya kemudian mencoba merintis bisnis ini.

Beberapa bisnis yang bisa saya rintis tanpa perlu uang banyak:

1. Menjual Paket Wisata
Karena latar belakang pendidikan saya, lalu latar belakang pengalaman kerja, serta tempat bekerja saya saat ini semuanya berkaitan dengan pariwisata, maka hal yang palin logis bagi saya adalah menjual paket wisata. Berbeda dengan usaha dagang atau usaha produksi, maka menjual paket wisata sebenarnya hanya perlu menyusun rencana perjalanan serta program-program apa saja yang akan dilakukan, kemudian tempat-tempat mana saja yang akan dikunjungi, dan menuangkannya dalam bentuk rancangan. Atau biasa dikenal dengan sebutan itinerary.

Betul sekali, untuk menjual paket wisata, kita hanya perlu mengetik itinerary, lalu menawarkannya pada teman-teman, atau pada perusahaan-perusahaan, sekolah-sekolah, bahkan ibu-ibu di komplek rumah kita sekalipun, bisa kita tawari. Tentunya itinerary (program perjalanan wisata) yang disusun harus disesuaikan dengan sasaran calon wisatawan kita nantinya. Paling banter modal kita hanyalah rental komputer dan print itinerarynya. Itupun kalau kita tidak punya komputer.

2. Mengadakan Pelatihan
Hampir sama caranya dengan menjual paket wisata, saya juga hanya perlu menyusun jadwal pelatihan dan silabus materi apa saja yang hendak kita sampaikan. Selanjutnya susunlah bahan-bahan presentasinya dengan menarik, dan buat selebarannya. Tawarkan juga pada pasar sasaran kita. Contohnya saya akan membuat pelatihan teknik merancang blog agar tampilannya terlihat profesional dan tidak standar. Tentu pasar sasarannya orang-orang yang mawas teknologi. Seperti mahasiswa, orang-orang kantoran, atau mungkin juga anak-anak SMA.

Selain membuat blog, saya juga berpikir untuk mengadakan pelatihan memasak. Hal ini tentu tidak lepas dari tren yang banyak dilihat di televisi, yakni sedang menjamurnya acara-acara memasak yang terlihat menarik. Tapi saya tidak bisa memasak sama sekali. Lalu bagaimana? Ah, tenang saja, nanti kalau sudah ada pesertanya, saya tinggal menghubungi kenalan-kenalan saya yang jago masak. Entah itu sesama pengajar yang jurusannya memasak, ataupun dari kalangan industri.

3. Menjual T-shirt Secara online
Nah, kalau yang satu ini memang agak 'tricky'. Tapi bisa diatasi. Tricky karena memang para pembeli t-shirt biasanya ingin memegang langsung t-shirt yang mau dibelinya. Selain desain gambarnya, mereka juga biasanya ingin memegang bahan kaosnya, bahkan ada yang juga ingin meraba bahan sablonannya terbuat dari apa, serta teknik yang digunakan apa. Tetapi hal tersebut bisa diatasi, yakni dengan cara mendeskripsikannya pada gambar t-shirt dagangan kita.

Pertama, kita buat gambar desain t-shirtnya. Sekali lagi, kalau tidak punya komputer, berarti harus mau modal rental lah setidaknya. Setelah gambarnya jadi, tempelkan pada gambar t-shirt yang polos secara digital saja. Nanti setelah gambarnya jadi, yakni t-shirt dengan gambar desain kita di atasnya, tinggal di-upload saja di social media dan tawar-tawarkan pada teman-teman. Ketika ada yang mau pesan, maka minta mereka tunggu sementara kita order ke tukang sablonnya.

Itulah kira-kira bisnis yang akan saya rintis dengan modal yang bikin miris. Oke, kalau ada yang mau mencoba juga, silahkan ya. Improvisasi lah sedikit-sedikit.

Salam sukses.

Posted by

Adrian Agoes, MM.Par a post graduate on Tourism Administration is now a lecturer at a tourism school in Bandung. His experiences are vary from being a tour leader visiting remote places in Indonesia, to being a travel photographer.

 

© 2013 Pemasaran Pariwisata. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top